Page Nav

HIDE

Breaking News:

latest

Ads Place

Islam semakin laku sebagai komoditas politik di Pemilu Turki?

Islam semakin laku sebagai komoditas politik di Pemilu Turki? Islam semakin laku sebagai komoditas politik di Pemilu Turki? ...

Islam semakin laku sebagai komoditas politik di Pemilu Turki?

Islam semakin laku sebagai komoditas politik di Pemilu Turki?
"Muslim tetapi sekuler, Muslim tetapi Fasis, Muslim tetapi Komunis yang mendukung demokrasi," kata pengamat. (Foto: Hagia Sophia, Istanbul).Hak atas foto Getty Creative Stock
Image caption Hagia Sophia adalah bekas gereja Kristen Ortodoks Yunani, yang kemudian menjadi masjid kerajaan Ottoman dan sekarang menjadi museum.

Agama kemungkinan bisa saja digunakan sebagai komoditas politik pada pemilu Turki tanggal 24 Juni nanti, meskipun orang Turki pada umumnya tida k terlalu terpaku pada ritual keagamaan.

"Praktik atau ritual keagamaan di Indonesia lebih terasa, itu yang namanya salat berjamaah. Di Turki, pengaruh dari Barat, sekularisme, gabungan dengan Islam moderat, 99% mayoritas itu tidak juga terasa ritualismenya di situ," kata Fahmi Aris Innayah, Kabid politik di Kedutaan Besar RI di Ankara, dalam wawancara dengan Nuraki Aziz untuk BBC News Indonesia.

"(Tetapi) Agenda Islam bagi dukungan politik Turki itu memang cukup signifikan, kalau dari sisi peran Turki yang ingin bertindak sebagai pemimpin atau leader untuk negara-negara Islam. Memang kenyataannya saat ini dalam kepresidenan OKI, Turki sangat aktif untuk membela kepentingan Islam di seluruh dunia," Fahmi melanjutnya lebih jauh.

Jumlah Muslim di Turki adalah sekitar 90% dari keseluruhan populasi lebih dari 80 juta jiwa dan di negara itu terdapat lebih dari 80.000 masjid. Tetapi Islam di Turki dipandang bercampur d engan berbagai macam ideologi.

  • Austria akan tutup tujuh masjid dan usir sejumlah imam masjid, Turki marah
  • Kudeta Turki 2016: 104 bekas prajurit divonis penjara seumur hidup
  • Pengakuan kaum muda Turki yang meninggalkan Islam dan menjadi ateis

"Kalau yang masalah Islam itu, saya pikir itu masalah di Indonesia. Orang di Indonesia melihat Turki, Erdogan seorang yang sangat Islam. Tetapi di Turki karena 90% dikatakan Muslim tetapi mereka tidak mau terjebak pada pandangan yang seperti itu. Islam dan non-Islam. Karena mereka Muslim," kata Sitti Aaisyah, mahasiswi S3 jurusan Filsafat di Universitas Ankara.

"Misalkan mereka Muslim tetapi sekuler, mereka Muslim tetapi fasis, mereka Muslim tetapi komunis yang mendukung demokrasi. Isu-isu Islam itu tak terlalu begitu di sini," Sitti Aasiyah menegaskan.

Salah satu partai di Indonesia yang juga mengusung agenda Islam sama seperti AKP-nya Erdogan adalah Partai Keadilan Seja htera (PKS). Jurubicaranya, Mardani Ali Sera, yang pernah mengunjungi Turki, di antaranya untuk mengamati pemilihan umum di sana, mengatakan Islam di Turki adalah Islam "substantif".

"Saya justru bertemu dengan, maaf nih ya, para pelacur yang mendukung AKP. Saya ketemu dengan anak-anak muda yang punk yang mendukung AKP. Jadi buat saya justru saya belajar, kami belajar bagaimana AKP ini mampu membungkus sebetulnya Islam substantif.

"Islam itu artinya kesejahteraan. Islam itu artinya keadilan. Islam itu artinya semua orang punya hak untuk memilih sesuai dengan kebebasannya," kata Mardani.

Turki mempercepat pemilunya menjadi tanggal 24 Juni, bukannya seperti dijadwalkan sebelumnya pada bulan November 2019. Presiden Erdogan menyebut pemilu perlu dipercepat karena meningkatnya tantangan di kawasan dan dalam negeri sendiri.

Di antara faktor eksternal yang disebut adalah perang di negara tetangga, Suriah. Sedangkan masalah dalam negeri sen diri adalah persoalan depresiasi mata uang lira terhadap dolar Amerika. Mata uang lira sempat jatuh dari tingkat 1,9 menjadi 4 per satu dolar Amerika. Tetapi dampaknya terhadap kebutuhan hidup sehari-hari, disebut sejumlah pihak, tidak terlalu besar.

Hak atas foto EPA
Image caption Presidan Recep Tayyip Erdogan dipandang sukses membangun ekonomi Turki, terutama dalam hal prasarana umum.

Pembangunan

Masalah yang lebih penting bagi masyarakat, adalah masalah kehidupan sehari-hari, seperti pembangunan prasarana umum jalan, jembatan dan pasokan energi.

"Tidak bisa dipungkiri keunggulan partai yang berkuasa saat ini memiliki track record yang sangat baik selama bertahun-tahun berkuas a zaman 2004, start mulai dari tahun itu. Infrastruktur termasuk yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi di Turki," kata Fahmi Aris Innayah.

Negara ini pernah mencatat angka pertumbuhan 9%, sementara sekarang sebesar 7,4%. Di bawah pemerintahan sekarang sudah terbangun 17.000 km jalan yang menghubungkan 81 provinsi.

  • Mengapa Presiden Turki Erdogan perlu mempercepat pemilu?
  • Penembakan di sebuah universitas di Turki tewaskan empat orang
  • Presiden Turki sebut PM Israel Benjamin Netanyahu 'teroris'

"Trennya orang Turki ini selalu memilih kelompok yang memaksimalkan isu-isu pembangunan sehingga dari sekian kandidat, hampir semua isu sama yaitu meningkatkan taraf ekonomi Turki," kata Muhammad Syaroni Rofii, pengajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah.

"Dari segi suplai, memang Turki ini dari kebutuhan pokok mereka memang mampu menghidupi diri mereka. Mereka ini bukan negara i mportir tetapi mereka justru eksportir, menyuplai produk-produk makanan ke Timur Tengah.

"Ketika ada turunnya nilai tukar itu berpengaruh langsung ke masyarakatnya, tetapi pengaruhnya lebih ke produk-produk tersier, kendaraan lebih mahal," tambah Syaroni, pengamat politik internasional yang lulusan Universitas Marmara, Turki.

Ekonomi negara ini sangat bergantung kepada sektor jasa dan karena tidak mempunyai hasil alam yang melimpah, Turki tergantung kepada penanaman modal asing yang berarti negara ini sangat dipengaruhi dunia.

Hak atas foto Getty Images
Image caption Kampanye calon Partai CHP, Muharrem Ince yang dipandang sebagai pemimpin oposisi terkuat melawan Erdogan.

Pe rkiraan pemenang

Jadi apakah kinerja positif pemerintah sekarang di bawah Recep Tayyip Erdogan akan membuatnya dapat mempertahankan kepresidenan?

"Agak sulit untuk melakukan spekulasi. Karena bila dikatakan mendapatkan bantuan yang besar dari luar, betul, itu pastinya sangat mempengaruhi kinerja. Tapi juga persoalan di dalam negeri sendiri yang kurangnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakatnya sendiri," kata Sitti Aaisyah, mahasiswi Universitas Ankara.

Sebagian masyarakat mempersoalkan terlalu besarnya pemerintah membuka pintu secara sukarela bagi pengungsi Suriah sehingga Erdogan dianggap lebih mementingkan orang asing dan melupakan rakyatnya.

  • Prancis menawarkan menjadi penengah konflik Turki dan Kurdi
  • Sejumlah perempuan Istanbul protes pemisahan kawasan lelaki-perempuan di masjid
  • Pemberontak sokongan Turki menjarah Kota Afrin di Suriah utara

Selain Erdogan yang sudah berkuasa selama belasan tahun, terdapat juga tokoh-tokoh lain seperti Muharrem Ä°nce calon kelompok oposisi utama Partai Republik Rakyat (CHP) yang juga mengusung masalah pembangunan dan Selahattin DemirtaÃ…Ÿ dari Partai Demokratik Rakyat(HDP) dari kelompok Kurdi.

Dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya ini, sebagian pihak memandang Erdogan lebih mampu menarik perhatian karena narasi yang merakyat dan juga bukti kinerjanya selama ini.

"Muharrem Ä°nce, kemudian AkÃ…Ÿener, Selahattin DemirtaÃ…Ÿ, itu saya perhatikan bukan figur yang mampu mengungguli Erdogan karena Erdogan ini orang yang mampu memainkan atau menghipnotis massa dengan bahasa dia yang merakyat sehingga tidak ada jarak.

"Narasi melawan Barat itu laku di Turki. Sementara oposisi ini bagi masyarakat Turki itu mungkin dia hanya mampu menyerang dengan kata-kata, tidak ada bukti," kata Muhammad Syaroni Rofii.

Sumber: Google News

No comments

Latest Articles